Hari Raya Pemuda 2025: Menyemai Semangat Sumpah Pemuda

Selasa, 28 Oktober 2025 | 10:42:48 WIB
Hari Raya Pemuda 2025: Menyemai Semangat Sumpah Pemuda

JAKARTA - Hari Raya Pemuda 2025 berlangsung akhir pekan lalu sebagai bagian dari rangkaian kampanye nasional bertajuk “Hari Raya Pemuda.” 

Acara ini menjadi titik temu dari energi, aspirasi, dan keresahan anak muda Indonesia saat ini. Berbeda dari peringatan formal biasanya, rangkaian kegiatan tahun ini memadukan refleksi, aksi nyata, dan ruang berekspresi untuk menafsirkan ulang makna Sumpah Pemuda dalam konteks generasi modern.

“Hari Raya Pemuda 2025 sebenarnya adalah awal rangkaian menuju 100 tahun Sumpah Pemuda pada 2028 nanti. Kami melihat, penting banget untuk orang muda hari ini punya problem bersama yang disepakati, lalu narasi bersama untuk menghadapinya bareng-bareng. Kayak Jong-jong di Indonesia pada masa lalu,” ujar Dhanu Riza.

Kampanye ini hadir sebagai respons terhadap kondisi generasi muda yang disebut paling terkoneksi, namun kerap terfragmentasi. Energi dan kreativitas mereka besar, tetapi sering berjalan sendiri-sendiri, tanpa narasi kolektif yang menyatukan arah. Hari Raya Pemuda 2025 menjadi wadah untuk menumbuhkan ruang bersama dan membangun kolaborasi lintas komunitas.

Diskusi, Talkshow, dan Ruang Kolaborasi

Acara utama dibagi menjadi tiga sesi penting. Pertama, talkshow “Gosipin Isu Masa Kini” yang membahas bagaimana komunitas lintas isu dapat terhubung, berkolaborasi, dan menjaga semangat kolektif. Pembicara dalam sesi ini antara lain Florida Andriana (ThinkPolicy), Vikra Ijas (Kitabisa), Rhaka Ghanisatria (Menjadi Manusia), dan Andi Sadha (APMF).

Sesi kedua, “Saat Viral Jadi Awal dari Perubahan”, membedah bagaimana virality menjadi bahasa baru dalam memperjuangkan isu sosial. Narasumbernya adalah Atha Rasyadi (Greenpeace Indonesia), Riel Tasmaya (Indozone Media), dan Firdza Radiany (Pandemic Talks).

Sesi terakhir adalah unconference “Meja Diskusi Perjuangan Orang Muda”, forum terbuka yang merumuskan kolaborasi lintas komunitas. Peserta diskusi antara lain Dhanu Riza (infipop), Siti Desiree Nasfhia (Minutes of Manager), Dinno Ardiansyah (Muda-Mudahan), dan Aloysius Efraim (Kenapa Harus Peduli).

Selain diskusi dan talkshow, acara menampilkan arsip kolektif karya komunitas, games, karaoke night, serta sesi networking antarpeserta dari berbagai latar belakang. Bentuk ekspresi kreatif lainnya hadir melalui koleksi fesyen yang menjadi medium suara generasi muda.

Fesyen sebagai Medium Ekspresi Kolektif

Infipop menggandeng jenama streetwear Insurgent untuk menghadirkan koleksi eksklusif bertema “Renegade of 1928: Beyond The Pledge.” Koleksi ini mencakup kaus, outer jacket, dan canvas bag yang berperan sebagai medium perlawanan kreatif, mengajak generasi muda melampaui janji Sumpah Pemuda dan mewujudkannya dalam aksi nyata.

Design R.O 1928 mengambil inspirasi dari tiga simbol kunci Sumpah Pemuda: darah, bahasa, dan persatuan. Kaus melambangkan pengorbanan, passion, dan akar sejarah, tas menjadi representasi suara, pemikiran, dan ekspresi, sementara jaket merangkum semua elemen sebagai simbol gerakan kolektif.

Melalui fesyen dan kegiatan kreatif lainnya, Hari Raya Pemuda 2025 memberikan ruang bagi generasi muda untuk mengekspresikan diri, bersuara, dan memperkuat kolaborasi demi tujuan bersama, menjadikan semangat Sumpah Pemuda relevan bagi konteks masa kini.

Menyambut 100 Tahun Sumpah Pemuda

Hari Sumpah Pemuda, diperingati setiap 28 Oktober, mengingatkan kembali tekad para pemuda Indonesia untuk bersatu dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959, tanggal ini ditetapkan sebagai Hari Nasional, meski tidak termasuk dalam daftar hari libur resmi. 

Tahun ini menandai peringatan ke-97 peristiwa bersejarah tersebut dengan tema “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu.”

Tema ini menjadi pengingat bahwa Sumpah Pemuda bukan sekadar simbol sejarah, melainkan fondasi penting yang menumbuhkan nasionalisme dan memperkuat persatuan di tengah keberagaman bangsa hingga kini. 

Hari Raya Pemuda 2025 menunjukkan bahwa generasi muda bisa menafsirkan makna historis tersebut dengan cara kreatif, kolaboratif, dan relevan bagi dunia modern, sekaligus menjadi momentum untuk merayakan mimpi, ide, dan aspirasi bersama.

Terkini