Harga Minyak Dunia Melemah, Pasar Global Tunggu Keputusan OPEC+

Selasa, 28 Oktober 2025 | 13:59:28 WIB
Harga Minyak Dunia Melemah, Pasar Global Tunggu Keputusan OPEC+

JAKARTA - Harga minyak mentah dunia kembali bergerak turun tipis pada perdagangan di tengah meningkatnya kewaspadaan pelaku pasar terhadap potensi kenaikan produksi dari negara-negara anggota OPEC+. Kondisi ini menunjukkan pasar energi global masih berada dalam fase hati-hati, meskipun sempat menguat signifikan pada pekan sebelumnya.

Harga minyak mentah Brent turun sebesar 0,5% menjadi US$65,62 per barel, sementara minyak mentah acuan Amerika Serikat West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,3% ke posisi US$61,31 per barel.

Penurunan tersebut menandai adanya jeda setelah reli tajam yang terjadi pada minggu lalu. Pelaku pasar kini menanti arah kebijakan OPEC+ dan perkembangan kesepakatan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat (AS) dan China, yang diyakini berpengaruh besar terhadap permintaan energi global.

“Pasar minyak tengah mengambil jeda setelah reli tajam pekan lalu, sementara pelaku pasar menantikan hasil pertemuan Trump dan Xi,” ujar Wakil Presiden Senior Perdagangan BOK Financial, Dennis Kissler.

OPEC+ Diperkirakan Naikkan Produksi Moderat Desember Ini

Isu yang paling disorot dalam pergerakan harga minyak kali ini adalah kabar bahwa OPEC+ berencana menyetujui peningkatan produksi secara moderat untuk bulan Desember. Langkah ini disebut-sebut didorong oleh keinginan Arab Saudi untuk memperkuat kembali pangsa pasarnya di tingkat global.

Rencana tersebut menimbulkan reaksi beragam di pasar. Sebagian pelaku melihatnya sebagai sinyal positif karena dapat menjaga pasokan global tetap stabil, namun sebagian lainnya menganggap langkah ini bisa menekan harga minyak lebih dalam di tengah perlambatan permintaan.

Kebijakan OPEC+ dalam beberapa tahun terakhir memang berfokus pada keseimbangan pasar, terutama setelah pandemi COVID-19 sempat memukul keras industri energi. Namun, dengan meningkatnya produksi dari beberapa negara non-OPEC seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Brasil, tekanan untuk menjaga harga tetap kompetitif semakin tinggi.

“OPEC+ dikabarkan cenderung menyetujui peningkatan produksi moderat untuk Desember. Arab Saudi jadi pemicu karena ingin merebut kembali pangsa pasar global,” tulis laporan Reuters.

Kenaikan pasokan yang dilakukan secara bertahap dinilai sebagai strategi kompromi untuk menyesuaikan diri dengan situasi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih. Jika keputusan ini disahkan, maka akan menambah dinamika baru dalam perdagangan minyak dunia, terutama menjelang musim dingin di belahan bumi utara yang biasanya meningkatkan permintaan bahan bakar.

Pertemuan AS–China Jadi Faktor Kunci Pergerakan Pasar Energi

Selain menanti langkah OPEC+, pelaku pasar juga menaruh perhatian besar pada rencana pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping yang dijadwalkan berlangsung pekan ini. Pertemuan tersebut diprediksi akan membahas kerangka kesepakatan dagang baru yang diharapkan dapat meredakan ketegangan antara kedua negara.

Kedua negara tengah berupaya mencapai kesepakatan yang dapat menunda tarif impor baru dan mengurangi pembatasan ekspor logam tanah jarang (rare earth) dari China ke AS. Isu tersebut sangat krusial karena logam tanah jarang merupakan bahan penting dalam industri energi dan teknologi tinggi, termasuk sektor minyak dan gas.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebutkan bahwa pembicaraan antara Washington dan Beijing telah mencapai kerangka substansial yang berpotensi menghindari tarif seratus persen serta menunda kontrol ekspor logam tanah jarang dari Beijing.

“Kedua negara telah mencapai kerangka substansial yang dapat menghindari tarif seratus persen dan menunda kontrol ekspor logam tanah jarang dari Beijing,” ujarnya.

Jika kesepakatan ini berhasil dicapai, maka diyakini dapat memulihkan stabilitas perdagangan global dan memperkuat kepercayaan pasar terhadap pemulihan ekonomi dunia. Sebaliknya, kegagalan mencapai kesepakatan akan memperburuk ketidakpastian dan menekan kembali harga minyak, seiring dengan turunnya ekspektasi terhadap permintaan energi global.

Pasar Energi Hadapi Tekanan Ganda, Fokus ke Langkah Lanjutan

Secara keseluruhan, pelemahan harga minyak kali ini mencerminkan fase konsolidasi pasar di tengah campuran sentimen positif dan negatif yang muncul bersamaan. Dari sisi pasokan, rencana peningkatan produksi OPEC+ menambah kekhawatiran akan potensi kelebihan suplai, sementara dari sisi permintaan, ketidakpastian hubungan dagang AS–China masih menjadi faktor penghambat.

Analis memperkirakan volatilitas harga minyak masih akan berlanjut hingga akhir tahun, terutama jika tidak ada kepastian mengenai arah kebijakan produksi dari OPEC+ dan hasil konkret dari pertemuan dua pemimpin negara besar tersebut.

Selain itu, perhatian investor juga mulai bergeser ke arah faktor-faktor lain seperti pergerakan nilai tukar dolar AS, kebijakan moneter bank sentral global, serta tren permintaan bahan bakar di tengah transisi energi dunia.

Sementara itu, sejumlah analis juga menilai pelemahan kali ini bukan sinyal negatif jangka panjang. Sebaliknya, pasar hanya tengah mengambil napas setelah reli yang cukup kuat pada pekan sebelumnya.

“Pasar minyak tengah mengambil jeda setelah reli tajam pekan lalu,” kata Dennis Kissler, menegaskan kembali pandangan optimistis bahwa tren jangka panjang minyak mentah masih berpotensi positif jika ketidakpastian global mulai mereda.

Ekspektasi Pasar ke Depan: Stabilitas dan Kejelasan Kebijakan

Dalam jangka pendek, pelaku pasar akan menunggu keputusan resmi dari OPEC+ terkait rencana produksi Desember. Jika organisasi tersebut memilih pendekatan hati-hati dengan menaikkan produksi secara terbatas, harga minyak berpotensi stabil dalam kisaran saat ini.

Sebaliknya, jika OPEC+ meningkatkan produksi secara signifikan, harga minyak bisa kembali tertekan karena kelebihan pasokan global.

Dari sisi geopolitik, keberhasilan AS dan China mencapai kesepakatan dagang juga akan menjadi penentu utama arah harga minyak di sisa tahun ini. Kesepakatan yang positif dapat memicu optimisme terhadap pemulihan ekonomi global, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan energi.

Dengan demikian, pergerakan harga minyak dunia dalam waktu dekat akan sangat bergantung pada dua faktor utama: hasil pertemuan OPEC+ dan kesepakatan dagang antara AS dan China.

Meskipun saat ini harga minyak turun tipis, pasar masih memegang harapan bahwa keseimbangan baru akan segera tercapai, menciptakan stabilitas yang lebih baik bagi sektor energi global.

Terkini