Menkes Imbau Warga Gunakan Masker Hadapi Hujan Mikroplastik di Jakarta

Rabu, 29 Oktober 2025 | 13:08:15 WIB
Menkes Imbau Warga Gunakan Masker Hadapi Hujan Mikroplastik di Jakarta

JAKARTA - Fenomena hujan mengandung mikroplastik kini menjadi perhatian serius di Jakarta. Menyusul temuan partikel plastik di udara dan air hujan, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengingatkan masyarakat agar lebih waspada terhadap risiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan.

Ia menegaskan, penggunaan masker saat beraktivitas di luar ruangan menjadi langkah perlindungan awal yang bisa dilakukan masyarakat, terutama ketika kondisi udara tidak stabil atau setelah hujan turun.

“Plastik kalau masuk ke dalam tubuh akan stay lama. Imbauan saya buat masyarakat, kalau bisa yang paling aman melindunginya pakai masker kalau jalan di luar,” ujar Budi di Jakarta.

Imbauan tersebut muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran publik atas pencemaran lingkungan perkotaan, baik dari udara maupun air. Temuan partikel mikroplastik dalam air hujan menandakan bahwa polusi plastik kini telah mencapai fase baru — tidak hanya mencemari laut dan tanah, tetapi juga udara yang dihirup masyarakat setiap hari.

Mikroplastik: Partikel Kecil dengan Dampak Besar bagi Kesehatan

Budi menjelaskan, mikroplastik merupakan partikel berukuran sangat kecil yang berasal dari limbah plastik sekali pakai, pakaian sintetis, hingga produk rumah tangga. Partikel ini bisa bertahan lama di alam dan sulit terurai.

Masalahnya, ketika mikroplastik masuk ke dalam tubuh manusia — baik melalui udara, makanan, maupun air — partikel ini dapat menumpuk dan berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan jangka panjang, mulai dari peradangan hingga kerusakan sel.

“Kalau tidak, ya usahakan jangan jalan di luar sesudah hujan karena ini turunnya kan dekat-dekat hujannya, partikelnya,” imbau Menkes.

Ia menambahkan, selain menggunakan masker, masyarakat sebaiknya menghindari aktivitas luar ruangan segera setelah hujan. Hal ini karena partikel mikroplastik cenderung menurun bersamaan dengan butiran hujan dan dapat terhirup saat udara lembap.

Pencegahan Harus Dimulai dari Hulu: Kurangi Sumber Plastik

Lebih jauh, Budi menilai bahwa upaya terbaik dalam menangani persoalan mikroplastik harus dilakukan dari hulu, bukan sekadar mitigasi di tingkat individu. Artinya, pemerintah dan masyarakat perlu bersama-sama mengurangi penggunaan plastik sekali pakai serta memperkuat sistem pengelolaan limbah.

“Mungkin pencegahan lainnya ya paling bagus memang di hulunya. Artinya kita mesti mengurangi sumber polusi dari mikroplastik ini, dan peranan Pak Gubernur penting sekali. Kalau polusinya berkurang, beban Kementerian Kesehatan juga ikut menurun,” jelasnya.

Ia menyoroti pentingnya koordinasi lintas sektor, terutama dengan pemerintah daerah seperti Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Menurutnya, pengendalian polusi plastik di lingkungan perkotaan sangat tergantung pada kebijakan dan ketegasan dalam mengatur pengelolaan sampah.

Timbunan sampah yang menumpuk di lokasi-lokasi seperti TPA Bantar Gebang disebut menjadi salah satu kontributor utama munculnya mikroplastik di udara. Ketika sampah plastik terurai akibat panas dan gesekan, serpihannya terbawa angin dan kemudian turun kembali ke permukaan bumi bersama air hujan.

Fenomena Global: Hujan Mikroplastik Bukan Hanya di Indonesia

Fenomena hujan mikroplastik ternyata tidak hanya terjadi di Jakarta atau Indonesia. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa partikel serupa telah ditemukan di berbagai belahan dunia, termasuk di Jepang, Korea Selatan, dan Jerman.

“Di luar negeri saja ada, apalagi di Indonesia yang mempengaruhi angin muson,” kata Profesor Riset BRIN, Muhammad Reza Cordova, dalam media briefing terkait isu mikroplastik dan fenomena cuaca ekstrem di Balai Kota Jakarta.

Reza menjelaskan bahwa sumber utama mikroplastik berasal dari penggunaan plastik sekali pakai, serat pakaian sintetis, hingga limbah rumah tangga yang tidak terkelola dengan baik. Partikel-partikel ini kemudian terangkat ke atmosfer dan ikut terbawa angin sebelum akhirnya turun bersama hujan.

Menurutnya, langkah paling efektif untuk mengatasi persoalan ini adalah menghentikan polusi dari sumbernya. “Solusi tercepatnya adalah mengurangi produksi dan konsumsi plastik sekali pakai. Sementara untuk melindungi pribadi, masyarakat bisa menggunakan masker sebagai langkah pencegahan awal,” tegas Reza.

Ia menambahkan bahwa masalah mikroplastik merupakan tanggung jawab bersama. “Masalah mikroplastik bukan hanya tanggung jawab satu pihak. Semua harus bergerak bersama agar dampaknya tidak semakin meluas,” ujarnya.

Kesadaran Kolektif, Kunci Menghadapi Polusi Mikroplastik

Temuan mikroplastik dalam air hujan menandai tahap baru dari krisis lingkungan yang dihadapi kota besar seperti Jakarta. Partikel kecil ini kini berpotensi mengancam kesehatan masyarakat jika tidak segera diatasi.

Pemerintah, lembaga riset, dan masyarakat harus bersinergi dalam mengurangi konsumsi plastik dan memperbaiki sistem pengelolaan limbah. Selain itu, perubahan gaya hidup sederhana, seperti membawa botol minum sendiri, menggunakan tas kain, dan menghindari plastik sekali pakai, dapat menjadi langkah nyata melawan polusi mikroplastik.

Imbauan Menkes agar masyarakat menggunakan masker bukan hanya sekadar tindakan preventif sesaat, melainkan simbol dari meningkatnya kesadaran terhadap bahaya polusi mikroplastik di udara. Dengan langkah kecil namun konsisten, risiko kesehatan akibat partikel plastik bisa ditekan — demi udara yang lebih bersih dan generasi yang lebih sehat.

Terkini

Cara Menghapus Akun EasyCash, Mudah dan Cepat

Kamis, 30 Oktober 2025 | 23:53:52 WIB

Daftar 10 Perusahaan Investasi Terbesar di Indonesia

Kamis, 30 Oktober 2025 | 23:53:50 WIB

Mengenal Manfaat Air Putih Hangat untuk Asam Lambung

Kamis, 30 Oktober 2025 | 23:53:49 WIB