Petilasan Jayabaya Kediri: Wisata Mistis dan Tradisi Lestari

Rabu, 29 Oktober 2025 | 13:08:42 WIB
Petilasan Jayabaya Kediri: Wisata Mistis dan Tradisi Lestari

JAKARTA - Selain dikenal lewat ramalannya, Jayabaya kini menarik perhatian wisatawan melalui Petilasan Sri Aji Jayabaya yang dikembangkan Pemerintah Kabupaten Kediri sebagai destinasi budaya dan spiritual. Terletak di Desa Menang, Kabupaten Kediri, tempat ini bisa dijangkau dengan transportasi umum maupun online. 

Warga setempat meyakini lokasi ini sebagai tempat moksa Prabu Jayabaya, raja bijak Kerajaan Kediri yang menghilang tanpa meninggalkan jasad.

Jayabaya, putra Raden Panji dari Kerajaan Jenggala dan Putri Sekartaji dari Daha, menyimpan kisah mistis yang mengundang banyak peziarah. Mereka percaya bahwa petilasan ini memiliki kekuatan spiritual, sehingga aktivitas napak tilas di tempat ini menjadi ritual penuh khidmat.

Napak Tilas Tiga Loka: Mahkota, Busana, dan Moksa

Petilasan Jayabaya memiliki tiga titik penting, ditandai prasasti atau loka. Loka Mahkota merupakan tempat raja melepas mahkotanya. Selanjutnya, Loka Busana, di mana ia menanggalkan pakaian kebesaran. Titik terakhir adalah Loka Moksa, lokasi Jayabaya lenyap menuju kesempurnaan.

Para peziarah berjalan bersimpuh dari satu loka ke loka lain, ritual yang disebut andhap asor, sebagai simbol kerendahan hati dan penghormatan pada leluhur. Plt. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kediri, Mustika Prayitno Adi, menjelaskan:

"Dengan berjalan bersimpuh menuju prasasti moksa, para peziarah belajar tentang andhap asor, kerendahan hati dan penghormatan pada leluhur. Inilah yang membuat Petilasan Joyoboyo tak hanya sekadar tempat bersejarah, melainkan ruang spiritual yang hidup, di mana keyakinan kepada Yang Kuasa dan manusia bertemu."

Air Suci dan Arca Hindu: Pusat Spiritual dan Ritual

Sekitar 200 meter dari petilasan, terdapat Sendang Tirto Kamandanu, kolam alami bertingkat tiga: sumber, penampungan, dan kolam pemandian. Airnya diyakini tidak pernah kering meski kemarau panjang. Peziarah percaya mencuci muka di sini bisa membersihkan aura dan menjaga kesegaran.

Sulastri (45), peziarah dari Nganjuk, mengungkapkan:
"Airnya adem sekali, setelah cuci muka seperti ringan dan segar."

Mbah Sempu (77), penjaga sendang, menambahkan:
"Kalau cuci muka di sumur itu bisa bikin bersih aura dan awet muda. Tapi ya tergantung niat, harus dengan hati yang bersih."

Di sisi kolam, berdiri dua arca Hindu: Siwa Harihara, simbol perdamaian, dan Ganesha, simbol kebijaksanaan dan penolak bala. Peziarah kerap meletakkan bunga atau dupa di hadapan arca sebagai doa agar hidup tentram dan dijauhkan dari bahaya.

Pepohonan Tua dan Ritual Malam 1 Suro

Area petilasan dihiasi pohon-pohon tua yang dipercaya berusia ratusan tahun, disebut ‘pepohonan penjaga’ oleh warga. Siapa pun yang menebangnya tanpa izin konon akan sakit. Mustika menjelaskan bahwa ini bukan kutukan, tetapi pengingat untuk menjaga kelestarian alam dan adab terhadap tempat suci.

Selain itu, tradisi malam 1 Suro juga dilestarikan di Petilasan Jayabaya. Ratusan orang datang membawa sesaji, doa, dan harapan. Meski ramai, suasana tetap hening, seolah ada magnet yang menenangkan setiap pengunjung. Kadang terdengar suara gamelan samar dari arah sendang. Mbah Mukri, juru kunci petilasan, menuturkan:

"Bagi masyarakat, itu bukan sekadar 'suara gaib', melainkan pertanda restu leluhur."

Nyata atau Mitos? Damai bagi Hati Bersih

Apakah semua keajaiban ini nyata atau sekadar kepercayaan turun-temurun? Mbah Mukri memberi jawaban bijak:
"Yang datang dengan hati bersih, pasti pulang dengan rasa damai."

Pengunjung datang dari berbagai latar belakang agama dan kepercayaan. Bagi mereka, Jayabaya bukan hanya raja, tetapi simbol kebijaksanaan universal. Eko, warga Desa Menang, menambahkan:
"Tidak ada batasan di sini, yang datang semua saudara."

Terlepas dari sisi mistisnya, Pemkab Kediri mendorong Petilasan Sri Aji Jayabaya menjadi destinasi wisata yang juga melestarikan budaya. Mustika menegaskan:

"Petilasan tersebut adalah salah satu peninggalan budaya di Kediri yang harus dilestarikan dan ritual sesaji Sri Aji Joyoboyo itu sudah terdaftar sebagai kekayaan intelektual komunal di Kementrian Hukum pada tahun 2021."

Petilasan Jayabaya kini menjadi kombinasi unik antara wisata sejarah, spiritual, dan tradisi yang lestari, di mana setiap pengunjung bisa belajar kerendahan hati, menghormati leluhur, dan merasakan kedamaian hati. Dari napak tilas tiga loka, mandi di air suci, hingga mengikuti tradisi malam 1 Suro, setiap langkah membawa pengunjung menyatu dengan nilai-nilai budaya dan spiritual Kediri yang kaya.

Terkini