Harga Minyak Dunia Menguat Dipicu Ketegangan Politik Dan Kebijakan AS

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:28:08 WIB
Harga Minyak Dunia Menguat Dipicu Ketegangan Politik Dan Kebijakan AS

JAKARTA - Pergerakan harga minyak dunia kembali menunjukkan tren penguatan di tengah dinamika geopolitik global. 

Sentimen pasar kali ini dipicu oleh keputusan Amerika Serikat yang memperketat tekanan terhadap Venezuela, sehingga memunculkan kekhawatiran baru terhadap pasokan energi dunia.

Kenaikan harga ini terjadi setelah pasar sebelumnya berada di level rendah dalam beberapa tahun terakhir. Pelaku pasar merespons cepat setiap kebijakan yang berpotensi mengganggu arus distribusi minyak mentah global.

Kondisi tersebut mencerminkan betapa sensitifnya harga minyak terhadap perkembangan politik internasional. Ketegangan yang meningkat langsung memengaruhi persepsi risiko di pasar energi.

Harga Minyak Menguat Di Pasar Global

Harga minyak dunia tercatat naik lebih dari satu persen pada perdagangan Rabu, 17 Desember 2025. Kenaikan ini menandai perubahan arah setelah harga sempat stabil di dekat level terendah lima tahun.

Dikutip dari Investing.com, kontrak berjangka minyak mentah Brent ditutup pada USD59,68 per barel. Angka tersebut naik 76 sen atau setara dengan kenaikan 1,3 persen.

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate Amerika Serikat ditutup pada USD55,94 per barel. Harga ini meningkat 67 sen atau sekitar 1,2 persen dibandingkan sesi sebelumnya.

Penguatan harga ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan politik global. Kebijakan terbaru Amerika Serikat terhadap Venezuela menjadi katalis utama pergerakan pasar.

Sebelumnya, harga minyak sempat tertekan oleh optimisme terhadap kemajuan pembicaraan damai Rusia dan Ukraina. Potensi kesepakatan damai dinilai dapat membuka kembali pasokan minyak Rusia ke pasar global.

Namun, sentimen tersebut berubah seiring munculnya risiko baru dari kawasan Amerika Latin. Pasar kembali memperhitungkan potensi gangguan pasokan minyak mentah.

Blokade Kapal Minyak Venezuela

Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan blokade terhadap seluruh kapal tanker minyak yang dikenai sanksi. Blokade tersebut berlaku bagi kapal yang masuk dan keluar dari wilayah Venezuela.

Trump menyatakan bahwa pemerintahannya menganggap rezim Presiden Venezuela Nicolas Maduro sebagai organisasi teroris asing. Pernyataan ini memicu respons keras dari pemerintah Venezuela.

Pemerintah Venezuela dalam pernyataan resminya menolak apa yang disebut sebagai “ancaman mengerikan” dari Presiden Trump. Ketegangan antara kedua negara pun kembali meningkat.

Kebijakan blokade ini diumumkan sekitar satu minggu setelah Amerika Serikat menyita sebuah kapal tanker minyak. Kapal tersebut diketahui membawa minyak yang dikenai sanksi di lepas pantai Venezuela.

Hingga kini, belum jelas berapa banyak kapal tanker yang akan terdampak langsung oleh kebijakan tersebut. Mekanisme penegakan blokade juga masih menjadi tanda tanya di kalangan pelaku pasar.

Tidak diketahui pula apakah Trump akan melibatkan Penjaga Pantai Amerika Serikat untuk mencegat kapal. Sebelumnya, AS diketahui telah mengerahkan kapal perang ke kawasan tersebut.

Respons Pasar Dan Analisis Energi

Sejumlah analis energi menilai dampak kebijakan ini terhadap pasokan global masih terbatas. Mereka menilai kebijakan tersebut lebih berpotensi memicu gejolak jangka pendek.

Beberapa ahli energi menyatakan bahwa meskipun kebijakan AS dapat meningkatkan premi risiko, dampaknya tidak cukup signifikan. Keseimbangan pasokan dan permintaan global dinilai belum akan berubah drastis.

“Meskipun tindakan AS dapat menimbulkan gejolak jangka pendek dan premi risiko yang moderat, tindakan tersebut tidak cukup untuk memperketat keseimbangan global,” kata analis energi Kpler dalam catatannya.

Analis tersebut juga menilai kebijakan ini belum mampu mendorong kenaikan harga minyak mentah secara berkelanjutan. Pasar masih dibayangi oleh permintaan global yang dinilai rapuh.

Selain itu, tidak semua kapal pengangkut minyak Venezuela berada di bawah sanksi. Beberapa kapal masih menyalurkan minyak melalui jalur lain seperti Iran dan Rusia.

Kapal tanker yang disewa oleh Chevron juga masih mengangkut minyak mentah Venezuela ke Amerika Serikat. Pengiriman ini dilakukan berdasarkan otorisasi khusus yang sebelumnya diberikan Washington.

Data Persediaan Minyak Amerika Serikat

Kenaikan harga minyak juga dibatasi oleh data persediaan energi di Amerika Serikat. Laporan terbaru menunjukkan adanya peningkatan stok bahan bakar.

Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat mencatat persediaan minyak mentah memang mengalami penurunan. Namun, peningkatan persediaan bensin dan distilat menahan laju kenaikan harga.

Persediaan minyak mentah AS turun sebesar 1,3 juta barel menjadi 424,4 juta barel. Data tersebut tercatat untuk pekan yang berakhir pada 12 Desember.

Angka penurunan ini sedikit lebih besar dibandingkan ekspektasi analis. Dalam jajak pendapat Reuters, analis memperkirakan penurunan sekitar 1,1 juta barel.

Sebaliknya, persediaan bensin justru meningkat cukup tajam. Stok bensin AS bertambah 4,8 juta barel menjadi 225,6 juta barel dalam periode yang sama.

Persediaan distilat, yang mencakup diesel dan minyak pemanas, juga mengalami kenaikan. Stok distilat naik 1,7 juta barel menjadi 118,5 juta barel menurut data EIA.

Peningkatan stok bahan bakar ini menunjukkan permintaan yang belum sepenuhnya pulih. Kondisi tersebut menjadi faktor penyeimbang di tengah sentimen geopolitik yang memanas.

Terkini