Tren Wisata Hanfu Jadi Cara Baru Menyelami Budaya China Autentik

Minggu, 28 Desember 2025 | 10:13:47 WIB
Tren Wisata Hanfu Jadi Cara Baru Menyelami Budaya China Autentik

JAKARTA - Menjelajahi kota-kota tua di Tiongkok kini tak lagi sekadar berjalan kaki dan memotret bangunan bersejarah. 

Banyak wisatawan memilih cara yang lebih mendalam untuk merasakan atmosfer masa lalu, yakni dengan mengenakan hanfu. Busana tradisional ini menjadi jembatan emosional yang menghubungkan pelancong dengan sejarah panjang Negeri Tirai Bambu.

Pengalaman itu dirasakan langsung saat menyusuri kawasan berarsitektur kuno seperti Kunming di Provinsi Yunnan. Lempengan batu tua, gerbang berornamen klasik, dan lorong-lorong bersejarah terasa semakin hidup ketika dipadukan dengan pakaian tradisional yang sarat makna filosofis.

Salah satu yang merasakan pesona tersebut adalah Parn Sivlai, blogger asal Laos dengan jutaan pengikut. Saat mengunjungi toko penyewaan hanfu, ia mengaku terpikat oleh detail dan keanggunan setiap busana yang dipajang, lalu membagikannya ke media sosial.

Hanfu sebagai Media Cerita Budaya

Bagi banyak wisatawan asing, mengenakan hanfu bukan sekadar berdandan. Busana ini menjadi media bercerita tentang estetika, filosofi, dan nilai-nilai yang telah hidup ratusan tahun dalam budaya Tiongkok. Setiap potongan kain dan motif dianggap memiliki makna tersendiri.

Parn Sivlai menyebut pengalaman tersebut sebagai cara paling efektif untuk memperkenalkan budaya Tiongkok kepada pengikutnya di berbagai negara. Lewat foto dan video, hanfu menjadi simbol keterbukaan budaya yang mudah diterima lintas bangsa.

Tren ini mencerminkan perubahan gaya berwisata. Pelancong kini tak hanya ingin melihat, tetapi juga merasakan dan terlibat langsung. Mengenakan pakaian tradisional memberi sensasi seolah menjadi bagian dari cerita sejarah yang selama ini hanya dikenal lewat buku atau film.

Gelombang minat ini juga menandakan meningkatnya ketertarikan wisatawan pada pengalaman yang bersifat personal dan bermakna. Hanfu menawarkan pengalaman tersebut secara visual sekaligus emosional.

Pengalaman Lebih dari Sekadar Konten Digital

Di berbagai kota bersejarah, fenomena serupa semakin terlihat. Di Luoyang, seorang wisatawan asal Vietnam, Nguyen Quynh Chi, mendadak dikenal luas setelah membagikan potretnya mengenakan hanfu di depan gerbang kota kuno.

Sementara di Beijing, antrean wisatawan memadati area Kota Terlarang. Mereka rela menunggu giliran untuk berdandan lengkap, lengkap dengan tata rambut dan riasan, demi merasakan peran sebagai bangsawan kekaisaran dalam sehari.

Blogger asal Amerika Serikat, Vivin Qiang, menilai pengalaman ini jauh lebih bernilai dibanding sekadar pemotretan. Ia mendapatkan penjelasan mendalam dari penata gaya mengenai fungsi, simbol, dan etiket yang melekat pada setiap elemen busana.

Menurutnya, proses tersebut terasa seperti mengikuti kelas sejarah mini yang dikemas secara menyenangkan. Setiap pose, aksesori, dan detail pakaian memiliki latar belakang budaya yang memperkaya pemahaman wisatawan.

Pesona Kota Bersejarah dalam Balutan Tradisi

Daya tarik hanfu semakin kuat ketika dipadukan dengan kota-kota bersejarah. Thibaut Grzelak, wisatawan asal Prancis, merasakan pengalaman itu saat berkunjung ke Xitang di Jiaxing, Zhejiang. Ia mencoba hanfu untuk pertama kalinya dan langsung terkesan.

Grzelak mengagumi warna-warna cerah serta desain elegan yang membuatnya merasa menyatu dengan lingkungan sekitar. Ia menilai busana tradisional membantu menciptakan koneksi yang lebih intim dengan tempat yang dikunjungi.

Pengalaman tersebut memberinya sensasi seolah berada dalam adegan film kolosal yang selama ini hanya ia tonton. Kota-kota bersejarah pun tampak lebih hidup ketika dipenuhi wisatawan yang mengenakan pakaian tradisional.

Pemerintah lokal menangkap peluang ini dengan cepat. Promosi digital, kemudahan akses tiket, hingga diskon khusus bagi wisatawan asing digencarkan. Hasilnya, kunjungan wisata kelompok meningkat signifikan.

Kemudahan Akses dan Koneksi Budaya Nyata

Popularitas wisata berbasis pengalaman ini turut didorong kebijakan imigrasi Tiongkok yang semakin ramah. Penerapan bebas visa bagi sejumlah negara mempermudah wisatawan asing menjelajahi berbagai daerah tanpa prosedur rumit.

Data Administrasi Imigrasi Nasional China menunjukkan jutaan wisatawan asing memanfaatkan kebijakan ini sepanjang 2025. Lonjakan tersebut membuka peluang bagi eksplorasi budaya yang lebih mendalam, bukan sekadar kunjungan singkat.

Dengan mengenakan hanfu, qipao, atau busana etnis lainnya, wisatawan diajak memahami filosofi, keterampilan, dan etiket khas Tiongkok. Pengalaman ini memberikan kesan yang lebih autentik dibanding wisata konvensional.

Media sosial berperan besar sebagai katalis penyebaran tren. Foto dan video wisatawan berbaju tradisional menyebar cepat ke berbagai belahan dunia, memicu rasa ingin tahu dan ketertarikan baru.

Tren wisata hanfu pada akhirnya menunjukkan bahwa perjalanan bukan lagi soal jarak, melainkan tentang koneksi. Melalui pakaian tradisional, wisatawan menemukan cara baru untuk memahami sejarah, budaya, dan identitas Tiongkok secara lebih hidup dan berkesan.

Terkini