Saham

Panen Dividen Saham Blue Chip Awal Tahun Jadi Incaran Investor

Panen Dividen Saham Blue Chip Awal Tahun Jadi Incaran Investor
Panen Dividen Saham Blue Chip Awal Tahun Jadi Incaran Investor

JAKARTA - Awal tahun 2026 berpotensi menjadi momentum menarik bagi investor pasar modal di Indonesia. 

Sejumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia membuka peluang panen dividen sejak awal tahun. Tidak hanya berasal dari saham lapis dua, beberapa emiten yang membagikan dividen tersebut justru berasal dari kategori saham blue chip yang dikenal stabil dan memiliki fundamental kuat.

Kondisi ini membuat saham-saham berkapitalisasi besar kembali dilirik investor yang mengincar pendapatan rutin. Pembagian dividen interim dinilai sebagai sinyal positif atas kinerja perusahaan sekaligus menjadi daya tarik tambahan di tengah fluktuasi pasar saham. Dengan pendekatan yang tepat, peluang ini dapat dimanfaatkan untuk memperkuat portofolio jangka menengah hingga panjang.

Daya Tarik Saham Blue Chip Pembagi Dividen

Saham blue chip dikenal sebagai saham lapis satu yang memiliki rekam jejak panjang di pasar modal. Emiten dalam kategori ini umumnya memiliki kinerja keuangan yang solid, manajemen yang mapan, serta kapitalisasi pasar besar hingga ratusan triliun rupiah. Tak heran jika saham-saham tersebut menjadi tulang punggung indeks utama di BEI.

Di Bursa Efek Indonesia, saham blue chip biasanya menjadi anggota indeks mayor seperti LQ45. Saham-saham ini kerap menjadi pilihan investor institusi maupun ritel karena dinilai relatif stabil dan memiliki tingkat likuiditas tinggi. Ketika saham blue chip membagikan dividen interim, perhatian investor pun semakin meningkat.

Berdasarkan catatan Kontan, sejumlah emiten LQ45 yang berasal dari sektor energi hingga perbankan telah mengumumkan rencana pembagian dividen. Nilai dividen yang ditawarkan pun cukup menarik, sehingga layak dicermati sebagai peluang investasi menjelang awal tahun.

Rencana Dividen Emiten Energi dan Perbankan

Salah satu emiten yang mencuri perhatian adalah PT AlamTri Resources Indonesia Tbk. Perusahaan ini mengumumkan rencana pembagian dividen interim dengan nilai mencapai US$ 250 juta. Dividen tersebut dijadwalkan akan dibayarkan kepada pemegang saham pada 15 Januari 2026.

Dari sektor perbankan, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk juga menyampaikan rencana pembagian dividen interim dengan total nilai sebesar Rp 20,63 triliun. Setiap pemegang saham nantinya akan memperoleh dividen sebesar Rp 137 per saham. Nilai ini dinilai cukup menarik, terutama bagi investor yang berorientasi pada pendapatan dividen.

Kehadiran emiten besar dari sektor berbeda menunjukkan bahwa pembagian dividen tidak hanya bergantung pada satu industri. Hal ini memberikan pilihan lebih luas bagi investor untuk menyesuaikan strategi dengan profil risiko dan tujuan investasinya.

Pandangan Analis terhadap Prospek Saham Dividen

Investment Analyst Edvisor Provina, Provina Visindo, Indy Naila, menilai saham BBRI dan ADRO masih menarik untuk dicermati investor. Penilaian tersebut didasarkan pada kondisi fundamental masing-masing emiten yang dinilai masih solid dan memiliki prospek ke depan.

Menurut Indy, BBRI masih memiliki daya tarik karena adanya harapan peningkatan pertumbuhan kredit. Sementara itu, ADRO dinilai masih menyimpan potensi dari sisi industri, khususnya terkait pengembangan energi baru terbarukan. Faktor-faktor tersebut menjadi pertimbangan penting bagi investor sebelum mengambil keputusan.

Indy juga mengingatkan investor untuk tetap mencermati kondisi fundamental masing-masing emiten pembagi dividen. Selain itu, strategi akumulasi bertahap atau buy on weakness dapat dipertimbangkan untuk mengurangi risiko volatilitas jangka pendek yang kerap terjadi di pasar saham.

Strategi Investasi dan Rekomendasi Saham

Senada dengan pandangan tersebut, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai pembagian dividen interim dapat menjadi peluang menarik. Namun, ia menekankan pentingnya penerapan money management yang disiplin agar potensi keuntungan dapat dioptimalkan.

Dari saham-saham yang ada, Nafan merekomendasikan akumulasi beli saham BBRI dengan target harga di Rp 4.540. Sementara untuk ADRO, ia masih menyarankan investor untuk bersikap wait and see sambil mencermati pergerakan harga dan sentimen pasar.

Pada perdagangan Kamis, 18 Desember, harga saham ADRO ditutup menguat 4,68 persen secara harian ke level Rp 1.900. Menurut analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, pergerakan saham ADRO diperkirakan berada di awal fase penguatan dan mulai membentuk gap.

Penguatan harga saham tersebut disertai dengan meningkatnya volume pembelian. Indikator teknikal seperti MACD mulai menyempit dan berpeluang membentuk golden cross. Sementara itu, Stochastic juga menunjukkan potensi penguatan menuju area overbought.

Herditya merekomendasikan strategi buy on weakness untuk saham ADRO dengan area support di Rp 1.840 dan resistance di Rp 1.965. Rekomendasi ini dapat menjadi acuan bagi investor yang ingin memanfaatkan momentum pembagian dividen dengan tetap memperhatikan risiko pasar.

Dengan berbagai rencana dividen interim dari saham blue chip, awal tahun 2026 berpotensi menjadi periode yang menarik bagi investor. Meski demikian, kehati-hatian tetap diperlukan dengan mengombinasikan analisis fundamental, teknikal, serta manajemen risiko agar peluang panen dividen dapat dimaksimalkan secara optimal.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index