Harga Minyak

Harga Minyak Dunia Naik Setelah Pekan Penuh Gejolak

Harga Minyak Dunia Naik Setelah Pekan Penuh Gejolak
Harga Minyak Dunia Naik Setelah Pekan Penuh Gejolak

JAKARTA - Pasar minyak global kembali menunjukkan ketahanannya setelah melalui pekan perdagangan yang penuh fluktuasi, 20–25 Oktober 2025. Harga minyak mentah dunia sempat tertekan akibat kekhawatiran kelebihan pasokan dan ketidakpastian ekonomi global, namun akhirnya berhasil pulih menjelang akhir pekan.

Pergerakan harga minyak selama sepekan menggambarkan tarik ulur antara sentimen negatif dari surplus pasokan dan dorongan positif dari lonjakan permintaan energi global. Ketidakpastian juga meningkat akibat ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China yang menahan laju optimisme investor.

Mengawali perdagangan, harga minyak mentah Brent crude oil tercatat turun tipis di US$61,11 per barel, atau melemah sekitar 0,3% dari posisi sebelumnya. Sementara West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami penurunan ke US$57,37 per barel. Tekanan ini muncul dari kekhawatiran kelebihan pasokan global yang terus menghantui pasar energi.

Namun, meskipun tekanan cukup besar, dinamika perdagangan minyak di pekan ini memperlihatkan bagaimana faktor geopolitik dan kebijakan internasional masih menjadi penentu utama arah pergerakan harga minyak dunia.

Kelebihan Pasokan dan Ketegangan Dagang Warnai Awal Pekan

Pada perdagangan Selasa (21/10/2025), harga minyak global masih belum menunjukkan perbaikan signifikan. Brent crude berada di US$60,87 per barel, sedangkan WTI berada di sekitar US$57,45 per barel. Tekanan harga terutama disebabkan oleh sentimen surplus pasokan, yang membuat investor menahan diri dari aksi beli besar-besaran.

Kelebihan pasokan ini merupakan imbas dari produksi yang terus meningkat di beberapa negara produsen utama, sementara permintaan global belum sepenuhnya pulih. Di sisi lain, ketegangan dagang AS–China yang terus berlanjut juga menciptakan bayangan ketidakpastian terhadap prospek permintaan energi di masa depan.

Kondisi tersebut memperlihatkan betapa rentannya pasar minyak terhadap perubahan kecil dalam kebijakan dan hubungan ekonomi antarnegara. Pelaku pasar menilai, selama belum ada kejelasan mengenai arah kebijakan dagang global, harga minyak masih akan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah.

Pertengahan Pekan, Optimisme Mulai Muncul dari Harapan Dagang

Situasi mulai membaik pada ketika harga minyak mulai bergerak positif. Brent naik 31 sen atau 0,5% menjadi US$61,32 per barel, sementara WTI menguat 30 sen atau 0,5% ke US$57,82 per barel.

Kenaikan ini didorong oleh optimisme pasar terhadap kemungkinan kemajuan dalam pembicaraan dagang AS–China, serta meningkatnya permintaan energi dari India, salah satu konsumen minyak terbesar dunia. Sentimen positif ini membantu menahan tekanan harga dan mengembalikan keyakinan investor bahwa permintaan global dapat pulih secara bertahap.

Optimisme yang tumbuh pada pertengahan pekan menjadi titik balik yang signifikan bagi pasar minyak, terutama setelah beberapa hari sebelumnya harga sempat terpuruk. Meski kenaikannya masih terbatas, tren ini menunjukkan adanya sinyal stabilisasi di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

Akhir Pekan: Sanksi AS ke Rusia Dorong Lonjakan Harga

Kenaikan tajam harga minyak terjadi pada Kamis (23/10/2025), ketika Brent melonjak US$2,71 atau 4,3% menjadi US$65,30 per barel, sementara WTI naik US$2,56 atau 4,4% ke US$61,06 per barel. Lonjakan ini terjadi setelah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi baru terhadap dua perusahaan besar asal Rusia, Rosneft dan Lukoil.

Sanksi tersebut memicu kekhawatiran akan terganggunya pasokan global dari Rusia, salah satu eksportir minyak terbesar di dunia. Investor segera merespons kabar tersebut dengan meningkatkan pembelian minyak, mendorong harga naik signifikan.

Menjelang penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat (24/10/2025), harga minyak terus mempertahankan momentum positifnya. Brent naik tipis menjadi US$65,99 per barel, sedangkan WTI menguat ke US$61,79 per barel. Pengumuman sanksi AS dianggap sebagai langkah yang berpotensi mengubah peta perdagangan energi global, terutama jika diikuti dengan pembatasan ekspor lebih lanjut dari Rusia.

Namun, beberapa analis memperingatkan bahwa reli harga ini bisa bersifat sementara. Pasar masih akan menunggu reaksi Rusia dan kemungkinan respons dari negara-negara produsen lain, termasuk OPEC dan sekutunya.

Refleksi Pasar: Pemulihan yang Masih Rentan

Pergerakan harga minyak selama pekan 20–25 Oktober 2025 memperlihatkan dua sisi utama pasar energi dunia. Di satu sisi, awal pekan ditandai tekanan berat dari faktor eksternal seperti surplus pasokan dan ketegangan dagang global. Namun di sisi lain, pertengahan hingga akhir pekan menunjukkan tanda-tanda pemulihan, terutama setelah sentimen geopolitik kembali mendukung kenaikan harga.

Bagi pelaku industri energi, dinamika ini menjadi cerminan bahwa harga minyak tidak lagi semata-mata ditentukan oleh keseimbangan pasokan dan permintaan, tetapi juga oleh kebijakan politik internasional. Sanksi, perjanjian dagang, dan keputusan negara produsen kini memiliki pengaruh yang sama besarnya terhadap arah pasar.

Dengan pemulihan harga menjelang akhir pekan, WTI dan Brent berhasil menutup perdagangan dengan catatan positif, menandakan potensi rebound jika stabilitas geopolitik dan fundamental ekonomi global dapat dipertahankan. Meski begitu, pasar tetap waspada terhadap kemungkinan pembalikan arah, mengingat ketidakpastian ekonomi dan politik yang masih menyelimuti sektor energi dunia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index