JAKARTA - Indonesia kembali menarik perhatian dunia energi internasional. Direktur Eksekutif International Energy Agency (IEA) Fatih Birol menilai bahwa negeri ini memiliki potensi besar untuk menjadi pusat perdagangan gas alam cair (LNG) di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
Dalam forum Singapore International Energy Week (SIEW) 2025, Birol menyebutkan bahwa meskipun Singapura selama ini dikenal sebagai hub perdagangan LNG global, Indonesia justru memiliki sumber daya dan kapasitas pasokan terbesar di kawasan.
“Kawasan ASEAN memiliki potensi sekitar 50 juta ton LNG, dan sebagian besar ada di Indonesia. Saya berharap Indonesia dapat berkembang menjadi pusat energi sub-regional yang berperan penting di tingkat global,”
ujar Fatih Birol dalam pernyataannya di SIEW 2025.
Pandangan Birol mencerminkan meningkatnya posisi strategis Indonesia dalam membangun arsitektur energi kawasan ASEAN, terutama di tengah lonjakan permintaan gas alam yang menjadi kunci bagi ketahanan energi dan transisi menuju energi bersih.
Peran Strategis Indonesia dalam Peta Energi Asia Tenggara
Fatih Birol menilai bahwa dengan cadangan gas alam yang besar dan proyek LNG yang terus berkembang, Indonesia berpotensi memainkan peran ganda — sebagai pemasok utama sekaligus pusat keseimbangan pasar energi regional.
Ia menambahkan, momentum global saat ini membuka peluang besar bagi Indonesia. Ketika negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Qatar meningkatkan produksi LNG, peta perdagangan energi dunia akan mengalami pergeseran signifikan.
“Pasar LNG akan beralih dari pasar penjual ke pasar pembeli. Kondisi ini menguntungkan negara-negara Asia, termasuk Indonesia, karena harga akan lebih terjangkau dan mendorong stabilitas ekonomi,”
jelas Birol.
Dengan perubahan tersebut, negara-negara di kawasan Asia — termasuk Indonesia — akan memperoleh akses terhadap pasokan gas yang lebih kompetitif. Hal ini diharapkan mampu memperkuat keamanan energi nasional sekaligus mendukung pertumbuhan industri domestik yang sangat bergantung pada energi bersih dan efisien.
Pasokan LNG Dunia Akan Melimpah, Asia Jadi Tujuan Utama
Berdasarkan data International Energy Agency (IEA), pasar gas global akan memasuki era pasokan melimpah dalam beberapa tahun ke depan. Antara 2026 hingga 2030, IEA memperkirakan akan muncul pasokan baru LNG sebesar 300 miliar meter kubik (BCM) ke pasar global.
Angka ini setara dengan total kapasitas LNG yang dibangun dunia selama tiga dekade terakhir, menandakan lonjakan produksi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menariknya, sekitar setengah dari tambahan pasokan global tersebut diproyeksikan akan mengalir ke kawasan Asia Pasifik, di mana Indonesia menjadi salah satu titik pentingnya.
Kondisi ini menempatkan Indonesia pada posisi strategis. Sebagai negara dengan sumber daya gas yang besar dan infrastruktur LNG yang terus berkembang — seperti proyek Tangguh, Bontang, dan Masela — Indonesia berpotensi menjadi “regional balancing hub” yang menjembatani kebutuhan energi negara-negara ASEAN.
Selain itu, peningkatan pasokan LNG juga bisa memberikan keuntungan ekonomi langsung bagi Indonesia. Harga gas yang lebih stabil dan pasokan yang terjamin akan membuka ruang bagi industri dalam negeri untuk berkembang, terutama di sektor manufaktur, petrokimia, dan pembangkit listrik.
Momentum Besar Menuju Transisi Energi dan Dekarbonisasi
Bagi Indonesia, perubahan dinamika pasar LNG global ini bukan hanya peluang ekonomi, tetapi juga momentum strategis untuk memperkuat ketahanan energi nasional. Di tengah meningkatnya permintaan energi domestik, terutama dari sektor industri dan transportasi, gas alam dinilai sebagai energi transisi penting menuju sistem energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Fatih Birol menekankan bahwa Indonesia memiliki semua modal penting untuk menjadi pusat energi di kawasan ASEAN. Mulai dari sumber daya alam yang melimpah, posisi geografis yang strategis di jalur perdagangan Asia Pasifik, hingga pengalaman panjang dalam industri energi global.
“Indonesia memiliki semua modal untuk menjadi pusat energi di kawasan—dari sumber daya yang melimpah, posisi geografis strategis, hingga pengalaman panjang dalam industri energi global,”
tutur Birol.
Potensi ini semakin relevan di tengah upaya dekarbonisasi sektor energi yang sedang gencar dilakukan banyak negara. Dengan mengoptimalkan gas alam sebagai energi transisi, Indonesia dapat menyeimbangkan kebutuhan pertumbuhan ekonomi dengan komitmen pengurangan emisi karbon.
Pemerintah Indonesia sendiri telah menunjukkan langkah konkret melalui berbagai proyek strategis di sektor LNG, termasuk pengembangan infrastruktur terminal regasifikasi dan ekspansi kapasitas kilang LNG. Dukungan kebijakan dan investasi berkelanjutan diharapkan mampu memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok energi global.
Peluang Emas Indonesia di Era Energi Baru
Pernyataan Fatih Birol menegaskan bahwa masa depan energi Asia Tenggara tidak bisa dilepaskan dari peran Indonesia. Sebagai negara dengan cadangan gas melimpah, proyek LNG aktif, serta posisi strategis di antara jalur perdagangan internasional, Indonesia memiliki peluang nyata untuk menjadi pusat energi gas alam di kawasan ASEAN.
Dengan prospek pasokan LNG global yang meningkat dan pergeseran pasar menuju dominasi pembeli, Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat ekonomi energi nasional sekaligus memperluas pengaruhnya di tingkat regional.
Di tengah perubahan besar pasar energi dunia, Indonesia dihadapkan pada tantangan dan peluang yang sama besarnya. Namun dengan kebijakan yang tepat, kerja sama internasional, dan strategi transisi energi yang berkelanjutan, visi untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat energi gas alam di Asia Tenggara bukanlah sekadar wacana — melainkan arah nyata menuju masa depan energi yang lebih tangguh dan berkelanjutan.